Bukaan/Aperture (fotografi)
Dalam optika, bukaan (en:f-number, focal ratio, f-ratio, relative aperture ) adalah bilangan yang menunjukkan
korelasi panjang
fokus kanta terhadap ingkap. Sebagai contoh, kanta dengan
panjang fokus 100mm, pada pengaturan bukaan 4 (nilai tingkap f/4), mempunyai
arti bahwa diafragma pada kanta tersebut sedang terbuka dengan diameter 25mm.
Biasanya dilambangkan dengan huruf f. Nilai bukaan umumnya merupakan urutan 1,
1.2, 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, dan seterusnya. Karena bukaan adalah perbandingan
antara panjang fokus kanta dengan diameter dari diafragma yang terbuka saat
itu, maka untuk satu nilai bukaan (misalnya 8) pada semua kanta (tidak
tergantung dari panjang fokus lensa tersebut), akan meneruskan intensitas
cahaya yang sama.
Diagram penurunan nilai tangkap dan juga penaikan nilai bukaan pada jeda 1 stop |
Pengaruh bukaan
Semakin besar angka bukaan, berarti semakin kecil
diameter lubang diafragma di bagian dalam lensa. Besarnya diameter terbukanya
diafragma akan membuat cahaya yang masuk menjadi lebih banyak, sehingga pajanan cahaya bertambah dan akibatnya
tingkat keterangan foto bertambah, demikian pula sebaliknya. Pengaruh lain dari
bukaan adalah terjadinya perbedaan ruang
ketajaman.
Angka bukaan yang kecil (besar ??)menyebabkan ruang ketajaman berkurang.
Sebaliknya angka bukaan yang kecil akan menyebabkan ruang ketajaman bertambah.
Notasi
Pada fotografi,
karena lensa fotografi tidak hanya terdiri dari
sebuah kanta melainkan
dari exit pupil, entrance pupil dan beberapa bilah
kanta di antaranya, bukaan kemudian didefinisikan sebagai
rasio antara panjang fokus lensa dan diameter entrance pupil dengan
persamaan:
dimana:
§ N
adalah bukaan
§ f
adalah panjang fokus lensa
§ D
adalah diameter entrance pupil
Satu contoh, misalnya panjang fokus adalah 16x
diameter pupil, maka nilai bukaan N=16, sedangkan nilai tingkap = f/16. Dengan
bertambahnya panjang fokus lensa, nilai
bukaan akan bertambah, karena sudut pandang entrance
pupil yang mengecil dan menghasilkan proyeksi berupa lingkaran citra dengan
diameter yang lebih kecil pula. Jika nilai bukaan tidak ditambahkan sebanding
dengan panjang fokus lensa, maka diameter lingkaran citra yang terdifraksi dari
tingkap yang diteruskan oleh exit pupil ke arah cermin refleks dan
terpantul ke permukaan bidang fokal, akan membuat vignet. Pada desain lensa cepat (fast
lens) nilai bukaan dapat dipertahankan kecil terhadap pertambahan panjang
fokus karena terdapat mekanisme bilah kanta di antara entrance pupil dan exit
pupil yang mempertahankan diameter lingkaran citra sebelum melalui
tingkap. Dan karena letak tingkap di antara exit pupil dan
jajaran kanta hingga entrance pupil, desain exit pupil akan
tetap memproyeksikan lingkaran citra dengan ukuran yang sama ke bidang fokal
pada seluruh variasi nilai bukaan yang ada.
Nilai 1/N disebut rasio tingkap (aperture
ratio)
Penggunaan
notasi stop
Istilah stop, selain
digunakan sebagai padanan kata untuk diafragma, menjelaskan satu teknik bracketing,
juga digunakan untuk menjelaskan urutan geometrik nilai pajanan (bahasa Inggris: exposure
value, EV) dengan jeda yang menunjukkan dua kali tingkat iluminasi bidang
fokal. Misalnya iluminasi bidang fokal pada nilai EV=3 akan setara dengan 4x
dengan pajanan yang terjadi pada nilai EV=1. Notasi untuk nilai pajanan yang
digunakan dapat bermacam-macam, misalnya EV=3, atau 3EV, atau +3ev, atau
-2stop, atau EV=3stop, tanpa satuan, dan sebagainya.
Menurut sistem APEX (Additive System of Photographic Exposure)
dari ASA (American
Standards Association), nilai pajanan EV adalah penjumlahan aritmatik
dari f-stop atau aperture-stop dengan time-stop atau shutter-stop dengan
persamaan:
Beberapa
kalangan masih mengartikan rumus stop di atas sebagai penjumlahan aperture
value dengan time value yang menghasilkanexposure
value sedang aperture stop didefinisikan sebagai
interval f/1.4, f/2.8, f/4, f/5.6 dst.
Pada
artikel ini, aperture value diartikan sebagai nilai tingkap
seperti f/2,8 atau f/3,5 atau f/8 dan seterusnya, dan aperture stop sebagai
deret geometriknya. Rumus di atas diartikan sebagai penjumlahan exposure
stop, karena nilai pajanan yang didapatkan bersifat relatif.
Relasi
antara f-stop atau aperture-stop dengan nilai
bukaan dirumuskan:
dimana A adalah nilai bukaan dan Av adalah nilai f-stop atau aperture stop. Untuk setiap nilai Av dari nilai -2 hingga 14 didapat nilai bukaan sebesar:
Av
|
-2
|
-1
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
Bukaan
|
0.5
|
0.7
|
1.0
|
1.4
|
2
|
2.8
|
4
|
5.6
|
8
|
11
|
16
|
22
|
32
|
45
|
64
|
90
|
128
|
Dengan perkembangan teknologi, jeda stop sekarang dapat diperkecil menjadi 1/2 stop atau 1/3 stop. Istilah 1/2ev atau 1/3ev mempunyai arti yang sama. Urutan nilai bukaan pada jeda 1/2 stop menjadi
20/2×0.5, 21/2×0.5, 22/2×0.5, 23/2×0.5, 24/2×0.5 etc.
Bukaan
|
1.0
|
1.2
|
1.4
|
1.7
|
2
|
2.4
|
2.8
|
3.3
|
4
|
4.8
|
5.6
|
6.7
|
8
|
9.5
|
11
|
13
|
16
|
19
|
22
|
20/3×0.5, 21/3×0.5, 22/3×0.5, 23/3×0.5, 24/3×0.5 etc.
Bukaan
|
1.0
|
1.1
|
1.2
|
1.4
|
1.6
|
1.8
|
2
|
2.2
|
2.5
|
2.8
|
3.2
|
3.5
|
4
|
4.5
|
5.0
|
5.6
|
6.3
|
7.1
|
8
|
9
|
10
|
11
|
13
|
14
|
16
|
18
|
20
|
22
|
T- stop
Pada lensa kamera sinematografi, terdapat
istilah T-stop, kependekan dari Transmission stop yaitu ukuran digunakan untuk kalibrasi berdasarkan tingkat sinar luminasi yang
melalui lensa. Kalibrasi ini diperlukan karena lensa kamera sinematografi juga
terdiri dari banyak bilah kanta dan tiap bilah kanta dapat meredam dan
memantulkan sejumlah intensitas cahaya. T-stop mirip dengan exposure
value, luminasi yang terjadi di atas bidang fokal fotografi, namun pada
T-stop tidak terdapat komponen shutter-stop, jadi pada prakteknya
sebuah T-stop setara dengan f-stop sebuah lensa ideal dengan 100% transmisi
luminasi
Komentar